Sabtu, 10 Agustus 2019

Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan bercorak Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini dikenal pula dengan nama Kerajaan Samudera Darussalam, juga dikenal dengan nama Kesultanan Pasai. Kerajaan Samudera Pasai terletak di pesisir utara pulau Sumatera, persisnya di Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh.

Kerajaan ini didirikan oleh Nazimuddin Al Kamil pada abad ke-13. Ia adalah seorang laksamana laut yang berasal dari Mesir. Pada tahun 1238 M ia diperintahkan merebut Pelabuhan Kambayat yang berada di Gujarat untuk dijadikan tempat pemasaran barang-barang perdagangan dari timur. Selain itu Nazimuddin al-Kamil juga mendirikan sebuah kerajaan di Pulau Sumatera bagian utara dengan tujuan utama untuk dapat menguasai hasil perdagangan rempah-rempah dan lada.

Nazimuddin al-Kamil mengangkat Marah Silu sebagai Raja Pasai pertama. Usai naik tahta Marah Silu bergelar dan berganti nama menjadi Sultan Malik As-Saleh. Pemerintahan Sultan Malik As-Saleh berakhir sampai beliau wafat pada tahun 696 Hijriah atau 1297 Masehi.

Saat Sultan Malik As-Saleh memerintah kerajaan, Sultan menikahi seorang putri dari Kerajaan Perlak yang bernama Gangang Sari. Dari pernikahan itu terlahir Sultan Malik Az-Zahir yang kemudian mewarisi tahta. Pada Masa Pemerintahan Sultan Malik Az-Zahir Kerajaan mengalami masa keemasan. Saat itu Sultan Malik Az-Zahir I pertama kali memperkenalkan penggunaan emas di wilayah kerajaan. Hal inilah yang menyebabkan Kerajaan Samudera Pasai pada saat itu menjadi pusat perdagangan terbesar di Sumatera. Selain sebagai pusat perdagangan terbesar di Sumatera, kerajaan juga terkenal sebagai tempat penyebaran agama Islam.

Kemudian masa pemerintahan Sultan Malik Az-Zahir I digantikan oleh anaknya Sultan Ahmad I. Namun masa pemerintahan Sultan Ahmad I tidak berlangsung lama dan digantikan oleh anak Sultan Ahmad I yaitu Sultan Malik Az-Zahir II. Di masa pemerintahan Sultan Malik Az-Zahir II, kerajaan didatangi oleh musafir Maroko terkenal dunia yakni Ibnu Batuthah. Sekembalinya ke Jazirah Arab Ibnu Batuthah menulis dalam kitab Rihlah ila al-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) bahwa salah satu raja di Daerah Samatrah (Sumatera) menyambutnya dengan ramah. Beliau pun menceritakan bahwa pengikutnya bermazhab Syafi'i.

Pada masa pemerintahan Sultan Malik Az-Zahir II, di tahun 1345 Kerajaan Samudera Pasai diserang oleh Kerajaan Majapahit, kemudian mengalami serangan kedua di tahun 1350 sehingga membuat keluarga Kerajaan mengungsi.

Kerajaan Samudera Pasai mengalami kebangkitan kembali pada masa pemerintahan Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir, yaitu tahun 1383 sampai tahun 1405. Menurut sebuah catatan yang berasal dari negeri Cina dalam bentuk kronik Cina, Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir dikenal dengan nama Cina Tsai-nu-li-a-pi-ting-ki. Namun masa pemerintahan Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir harus berakhir dengan tewasnya beliau oleh Raja Nakur pada sebuah pertempuran. Sejak saat itu Kekuasaan Kerajaan Samudera Pasai dipimpin oleh Janda dari mendiang Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir yaitu Sultanah Nahrasiyah. Jadilah ia raja perempuan pertama di Kerajaan Samudera Pasai.

Di bawah kekuasaan Sultanah Nahrasiyah, Kerajaan Samudera Pasai mengalami masa kejayaan. Pada masa pemerintahan Sultanah Nahrasiyah Kerajaan Samudera Pasai pernah didatangi seorang Laksamana Laut Cheng Ho. Armada Cheng Ho datang berkali-kali ke Kerajaan Samudera Pasai yakni antara lain pada tahun 1405, 1408 dan tahun 1412.

Dalam laporan Cheng Ho yang ditulis oleh pembantunya seperti Ma Huan dan Fei Xin, tercatat bahwa batas wilayah Kerajaan Samudera Pasai di sebelah selatan dan timur merupakan pegunungan tinggi. Sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan kerajaan Aru. Sebelah utara berbatasan dengan laut, dan sebelah barat berbatasan dengan dua buah kerajaan yaitu Kerajaan Nakur dan Kerajaan Lide. Terus ke arah barat ada kerajaan Lamuri yang apabila ditempuh perjalannya akan menghabiskan waktu 3 hari dan 3 malam dari Pasai.

Kerajaan Samudera Pasai runtuh karena beberapa pengaruh internal dan eksternal. Sebelum masa keruntuhannya di dalam kerajaan sering terjadi pertikaian antar-keluarga kerajaan. Peristiwa perebutan kekuasaan dan jabatan sering terjadi. Selain itu terjadi pula perang saudara dan pemberontakan. Bahkan saat itu raja meminta bantuan kepada raja Melaka agar meredam pemberontakan. Namun hal itu tidak terjadi karena pada tahun 1511 Kerajaan Melaka direbut oleh Portugal. Sepuluh tahun kemudian, yakni pada tahun 1521 Portugal menyerang Kerajaan Samudera Pasai, sehingga kerajaan tersebut berakhir. Tetapi meskipun demikian bibit Kerajaan Samudera Pasai masih ada, sehingga tahun 1524 Kerajaan Samudera Pasai pun akhirnya menjadi bagian dari Kesultanan Aceh.

Baca Juga : 

Sejarah Kerajaan Majapahit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Soal Cerita Matematika SD Kelas 2 Semester 1 (1)

1. Pada suatu hari Budi pergi ke pasar membawa uang Rp. 500. Ia membeli ikan 5 ekor dengan harga Rp. 250, kemudian membeli 4 butir dengan h...